Home » » Makalah Ibnu Bajjah

Makalah Ibnu Bajjah

Unknown | 03.31 | 0 komentar

Oleh : indarwati


A.     Pendahuluan
Disetiap pembahasan mengenai pemikiran para tokoh, kita perlu menelaah lebih jauh akan esensi dari alur pemikiran tersebut. Sebagai mana Ibnu Bajjah yang pada dasarnya memiliki corak pemikiran yang mendalam. Pemikiran tersebut bukan semata-mata  lahir dari ruang hampa. Namun pemikiran tersebut adalah sebuah wujud perenungan mendalam terhadap realita yang sedang dihadapi oleh Ibnu Bajjah guna memberi solusi dan jalan keluar akan fenomena yang dihadapi oleh Ibnu Bajjah pada kurun waktu itu. Untuk lebih jelasnya, dalam makalah ini pemakalah akan memaparkan beberapa hal seputar Ibnu Bajjah.
B.     Sejarah Hidup Ibnu Bajjah
Lahir pada akhir 1095 M (abad VH/XIM) Di Saragosa. Nama lengkapnya adalah “Abu Bakar Muhammad Ibnu Yahya Ibnu Al-Shaigh Al-Tujibi Al-Andalusiy Al-Sarakusty. Didunia Barat ia lebih dikenal dengan nama  “Avempace” salah seorang filosof islam terkemuka dibelahan Barat dunia islam. Wafat pada tahun (533 H/1139 M) dikota Fez (Maroko). Maasa kecilnya dan pendidikannya tidak diketahui dengan jelas. Ketika Saragosa dikuasai Raja Alphonso 1 dari Aragon. Ia pindah ke Sevilla. Dikota ini ia bekerja sebagai dokterkemudian ke Granada, dan akhirnya pindah ke Fez. Ia pernah diangkat sebagai Wazir (mentri) dalam wilayah Abu Bakar  Ibnu Ibrahim Al-Syahrowi dari dinasti Al-Murobithin. Selain sebagai filosof, ia juga dikenal sebagai penyair dan ahli Musik. Kematiannya, menurut suatu riwayat disebabkan racun yang diselibkan oleh seorang dokter dalam makanannya, karena irihati terhadap ketenaran serta ketinggian ilmunya.[1]

C.     Karya-karya
Dibawah ini merupakan karya-karya ibnu Bajjah:
1.      Risalatu ‘i-wada’( ditulis untuk seorang teman yang pergi dan khuatir jika teman tersebut tidak kembali. Juga tentang manusia dengan akal fa’al)
2.      Tadbiru ‘I-Mutawahhid  (kitab ini serupa dengan kitab Al-Farabi mengenai Al-Madinatu ‘I-Fadhilah)
3.      Kitabu ‘I-Nafs (Pembahasannya berkisar tentang Jiwa)
4.      Risalatu ‘I-Ittishal (Berkisar mengenai hubungan manusia dengan akal Fa’ ‘al.
Kecuali itu benyak juga menulis berbagai komentar dan bantahan terhadap Aristoteles, al-Ghozali, al-Farabi dan lain-lain.[2]

D.    Pemikiran Ibnu Bajjah
1.      Metafisika
Al-Ma’dudat (yang berbilang), istilah yang digunakan Ibnu Bajjah terhadap wujud (yang ada) sebab pada hakikatnya segala yang wujud ini tidak lepas dari bilangan. Al-Ma’dudat meskipun terbilang namun terdiri dari dua:
a.       Sesuatu yang kongkrit (dapat diukur, panjang, lebar, tinggi)
b.      Sesuatu yang abstrak (yang dapat diperhitungkan dengan akal, termasuk didalamnya berbagai macam gerak). Gerak ada 2:
-         Gerak relatif, Bergeraknya digerakkan oleh sesuatu yang diluar dirinya)
-         Gerak Absolut (Tuhan), Ia bergerak sendiri, dan ia sebagai sumber gerak yang menggerakkan yang lain.[3]

2.      Teori Pengetahuan (Akal/Ma’rifah)
Dalam kehidupan manusia peran akal sangatlah penting. AkLal dapat mencapai kebahagiaan, menguasai diri manusia, dan kemakmuran hidup. Akal menurut Ibnu Bajjah adalah satu-satunya yang memungkinkan manusia mengetahui sesuatu (Ma’rifah yang benar dan mutlak, kebahagiaan dan juga nilai-nilai akhlak hanya dapat diketahui dan diperoleh melalui akal).
Selanjutnya Ibnu Bajjah mengatakan bahwa  jika manusia dapat menggunakan akalnya dengan teratur dan baik, maka ia tidak saja mengenal hal-hal yang kecil dan rendah wujudnya. tapi juga dapat menjangkau hal-hal yang maknawiyang paling abstrak sekalipun. Ada tiga jenis akal:
-       Akal Insani (Akal potensial)
-       Akal Aktual (Akal potensial yang telah aktif)
-       Akal Kulli ( akal yang menjadi muara dari akal aktual)
Dimulai dari Akal insani (jika diaktifkan) akan menimbulkan => Aktual (akan menanggapi segala objek fikiran) => menghasilkan ilmu pengetahuan (disimpannya dengan baik) => kemudian disalurkan kepada akal Kulli (Untuk dilestarikan). Untuk mencapai pengetahuan tinggi, manusia perlu membersihkan jiwanya dari pengaruh materi. Ilmu yang tertiggi adalah ilmu yang dapat menghubungkan manusia dengan akal fa’al.[4]
Ibnu Bajjah membagi Ma’rifah menjadi tiga:
-       Ma’rifah bentuk-bentuk materi (diperoleh melalui indra)
-       Ma’rifah bentuk-bentuk Rohani (Melalui indra => Khayal)
-       Ma’rifah bentuk-bentuk Pemikiran (hanya dapat diperoleh lewat akal)
Untuk memperoleh objek pemikiran ada tiga jalan:
-       Cara orang awam
-       Cara ahli nalar
-       Cara bahagi
Ma’rifah tertinggi menurut Ibnu Bajjah adalah yang dapat membawa manusia pada akal Fa’al (pahala dan nikmat Allah berikan kepada para hambanya yang direlai-Nya).[5]
3.      Teori Akhlak/Etika
Tindakan manusia dibagi menjadi dua bagian:
-       Tindakan Hewani (Didasarkan atas pemenuhan kebutuhan semata)
-       Tindakan manusiawi (Didasarkan atas akal sehat)
Keistimewaan manusia dari makhluk lain teretak pada daya pikir yang menjadi daya pikir yang menjadi sumber perbuatan manusia itu sendiri. Semua perbuatan  yang didasarkan atas akal budi sehat adalah Ikhtiariah.[6]

4.      Politik
Dalam masalah politik Ibnu Bajjah dipengaruhi oleh Al-Farabi (Negara Utama) dan Negara yang kurang. Mengikuti konsep Al-Farabi, Ibnu Bajjah mengatakan “makhluk sosial pada wataknya ia harus hidup dalam masyarakat. Ibnu Bajjah lebih menekankan pada masyarakat, sementara Al-Farabi lebih menekankan pada Pengaturan mengenai Negara. Dalam konsep Ibnu Bajjah Penyendiri ditekankan pada sikap hidup dalam bermasyarakan, tidak pada tempat tinggal. Jika “insan Penyendiri” mendiami suatu negara maka negara itu desebut Negar Utama dan jika tidak maka negara itu disebut negara Bobrok.
Ibnu Bajjah berkata bahwa tujuan hidup adalah memperoleh kebahagiaan. Dan pada intinya Kebahagiaan hakiki terletak pada berhubungan pada akal aktif melalui pemikiran akal yang dicapai dalam kehidupan sosial.[7]

5.      Tadbir al-Mutawahhid (Mengatur hidup secara sendirian)
Menurut Ibnu Bajjah, hidup manusia adalah bermasyarakat, karena itu lah tabiatnya. Tapi pada hakikatnya “Hidup memencilkan diri itulah yang lebih baik. Hidup sendirian dan merenungkan ilmu pengetahuan akan mendekatkan orang pada akal Fa’al. Dengan demikian akan terlimpah kepadanya ilmu dari akal faal tersebut.
Menyendiri yang dimaksud oleh Ibnu Bajjah adalah bukanlah  dalam arti Zati. Yaitu menyendiri dari banyak orang. Menyendiri disini dalam arti Sifati yaitu menyendiri secara sepiritual untuk merenungkan objek-objek ilmiah (Ma’qulat). Maka untuk mencapai sifat insaniah yang sempurna diperlukan pebngasingan siri secara sepiritual.[8]
6.      Teori Al-Ittishal (Kemampuan manusia untuk melebur diri dengan akal faal melalui ilmu).
Kesanggupan jiwa yang berakal dan penguasaannya terhadap nafsu hewani, akan mendorong manusia untuk mencapai segala keutamaan dan perbuatan budi pekerti luhur manusia.

7.      Keabadian dan Kebahagiaan
Kebahagiaan menurut Ibnu Bajjah adalah jika seseorang telah mencapai dalam hidunya martabat ilmu atau hukmah atau keberanian atau kemuliaan yang yang ia sendiri sadar sebagai orang yang berilmu, bijak sana, berani dan mulia.
Sedangkan keabadian menurut Ibnu Bajjah adalah perasaan seseorang sebelum mati bahwa manusia akan selalu mengenangnya untuk waktu yang lama sesudah ia meninggal. perasaan yang mendahului matinya adalah keabadian yang berkaitan dengan orang bersangkutan, sedangkan zaman dimana ia selalu disebut orang setelah ia meninggal adalah keabadian yang berkaitan dengan pekerjaannya.[9]


E.     Kesimpulan
Ibnu bajah lahir  pada akhir 1095 M (abad VH/XIM) Di Saragosa. Ia adalah pemikir yang terkenal, tidak hanya didunia Timur akan tetapi juga di dunia Barat. Kisah perjalanan panjag dalam hidupnya membawanya sebagai seorang pemikir inspiratif. Karya-karya yang ditulisnyapun tak sedikit. Pemikiran-pemikirannya yang Kritis terhadap realita kemasyarakatan adalah bukti real kepeduliannya terhadap permasalahan yang terjadi pada masa itu. Bahkan pemikirannya mengenai Negara hampir mirip dengan tokoh populer yaitu Al-Farabi. Diantara pemikirannya adalah mengenai metafisika, politik, akal, Ma’rifat, Etika, Keabadian, kebahagiaan, teori al-ittishal, Tadbir al-Mutawahhid. Oleh kerena ketenaran dan ketinggian ilmunya, Ibnu Bajjah dikatakan Meninggal karena diracuni oleh dokter yang iri terhadap diri Ibnu Bajjah. Ibnu Bajjah Wafat pada tahun (533 H/1139 M) dikota Fez (Maroko).

Daftar Pustaka
Ensiklopedi Islam di Indonesia 2.
Daudy Ahmad. Kuliyah Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986).
Ali, Yunarsil. Perkembangan Pemikiran Falsafi dalam Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 1991).


[1] Ensiklopedi Islam di Indonesia 2, Hal 386.
[2] Dr. Ahmad Daudy, Kuliyah Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), hal.132-133.
[3] Yunarsil Ali, Perkembangan Pemikiran Falsafi dalam Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 1991), hal.81.
[4] Ibid. Yunarsil Ali, hal. 82
[5] Ibid. Ahmad Daudy, hal.137-138
[6] Ensiklopedi Islam 2, hal. 386
[7] Ibid. Yunarsil Ali, hal. 140-143.
[8] Ibid. Yunarsil Ali. Hal. 83-84.
[9] Ibid. Dr. Ahmad Daudy, hal.139-140.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Blog*Islam
Copyright © 2014. HMJ AQIDAH FILSAFAT - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger